Peradaban Islam Pada Masa Turki Usmani

Peradaban Islam Pada Masa Turki Usmani

(1300-1922M)

       I.            PENDAHULUAN
Kerajaan Turki Utsmani muncul disaat Islam berad dalam era kemunduran pertama. Berawal dari kerajaan kecil, lalu mengalami perkembangan pesat, dan akhirnya sempat diakui sebagai Negara adikuasa pada masanya dengan wilayah kekuasaan yang meliputi bagian utara Afrika, bagian barat Asia, dan Eropa bagian timur[1].

    II.            RUMUSAN MASALAH
1.      Awal mula Islam pada masa Turki Usmani
2.      Perkembangan dan kemajuan peradaban Islam masa Turki Usmani
3.      Kemunduran Turki Usmani dan munculnya Nasionalisme Turki

 III.            PEMBAHASAN

1.      Awal mula Islam pada masa Turki Usmani
Daulah Usmaniyah ini bersal dari suatu kailah yang hidup di Turkistan, dibawah pimpinan sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain menghindari bangsa Mongol, akhirnya sampai di Asia kecil dibawah pimpinan Usman, dan mendirikan daulah baru pada tahun 1300M. usman inilah yang mendirikan daulah Usmaniyah Turki yang didirikan diatas puing-puing kesultanan saljuk. Dengan timbulnya daulah Usmaniyah dapatlah Islam kembali menunjukkan kegagahperkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama sampai keper-[2]mulaan abad XX ini.
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan aerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad , mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad 13 M, mereka melarikan diri kedaerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Di sana, dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada sultan Alauddin II, sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbataan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.[3]


2.      Perkembangan dan kemajuan peradaban Islam masa Turki Usmani
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat yaitu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain. Yang terpenting diantaranya adalah:
A.    Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama, adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Usmani sehingga mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak factor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya  yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.[4]
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang seluas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.[5]

B.     Bidang ilmu pengetahuan dan budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang Turki Usmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah.[6]

C.     Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan peran besar dalam kerajaan dan masyarakat Mufti, sebagai pejabat urusan Agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan ukum kerajaaan bisa tidak berjalan.[7]

3.      Kemunduran Turki Usmani dan munculnya Nasionalisme Turki
Setelah sultan sulaiman al-Qanuni wafat (1566m), kerajaan turki usmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan sulaiman al-qanuni di gantikan oleh salimII (1566-1573M). Di masa pemerintahanya terjadi perang tempur antar armada laut kerajaan Usmani dengan armada laut kristen yang terdiri angkatan laut spanyol, angkatan laut bundukia, angkatan laut sri paus, dan sebagian kapal para pendeta malta yang di pimpin don juan dari spanyol, angkatan. Pertempuran itu terjadi di selat liponto(yunani) dalam pertempuran itu turki mengalami kekalahan yang mengakibatkan tunisia direbut oleh musuh, ini adalah awal dimualai kemunduran kerajaan turki usmani.
            Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan usmani itu mengalami kemunduran di antaranya adalah:
1.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah lain, dan wilayah yang sangat luas, dan terus-terus melakukan perang dengan berbagai bangsa. Hal ini seharusnya bisa di manfaatkan untuk mebangun negara.
2.      Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajan besar, turki usmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup asia kecil, armenika, irak, siria, hejaz, dan yaman di asia; mesir, libia, tunis, dan al jazair di afrika; dan bulgaria, yunani, yogoslavia, albania, hongaria, dan rumania di eropa. Dari wilyah yang sangat luas itu dan beragam pennduduk dan juga etnis dan agamanya, di perlukan suatu organisasi yang teratur tanpa didukung administrasi yang baik, kerajaan usmani hanya akan menanggung beban yng berat akibat heterogenitas tersebut.
3.      Kelemahan para penguasa
Setelah meninggalnya sulaiman al-qanuni, kerajaan usmani di perintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama, dalam kepemimpinanya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat di atasisecara sempurna bahkan semakin lama semakin parah.
4.      Budaya Pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum di dalam kerajaan usmani. Setiap ada orang yang ingin naik jabatan yang di ingin kan harus membayar dan di sogok dulu kepada yang akan memberi jabatan itu, ini lah yang mengakibatkan dekadensi yang membuat pejabat men jadi rapuh.
5.      Pemberontakan tentara jenissari
Kemajuan ekspansi kerajaan usmani banyak di tentukan oleh kuatnya tentara jenissari. Dengan demikian dapat di bayangkan bagaiman kalau tentara ini me memberontak. Pemberontakan tentara jenissari terjadi sebanyak empat kaliyaitu pada tahun 1525M, 1632M, 1727M, dan 1826M.
6.      Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang sementara belanjanegara sangat besar, termasuk biaya uantuk perang.
7.      Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan tehnologi
Kerajaan usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena terlalu mengutamakan pembangunan kekuatan militer, yang mengakibatkan kelemahan yang ber akibat tidak mampu menghadapi persenjatan militer eropa.


 IV.            KESIMPULAN
Usman ini yang ditunjuk Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan disetujui  serta didukung oleh sultan saljuk. Namun usman ini yang akan diambil nama untuk kerajaan Turki Usmani. Usman ini juga dianggap sebagai pendiri pemerintahan Usmani.
Kemajuan yang dilakukan pemerintahan usmani ini melakukan perluasan wilayah dan kemajuan yang telah dicapainya antaralain yaitu bidang sosial, poitik, administrasi, ilmu pengetahuan, kebudayaan, ekonomi, dan keuangan Negara. Adapun factor yang mempengaruhi kemundurannya adalah karena adanya factor lemahnya para penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang berakibat pemerintahan menjadi kacau.



    V.            PENUTUP


[1] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985, Jilid 1, hal 82-83.
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik; Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta, Kencana, Tt, hal 246.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Grafindo Persada, 2003, hal 129-130.
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Grafindo Persada, 2003, hal 133-134.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Grafindo Persada, 2003, hal 135
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Grafindo Persada, 2003, hal 136
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Grafindo Persada, 2003, hal 137

Comments