PARADIGMA PRILAKU SOSIAL
I.
PENDAHULUAN
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia . Sebagai bukti bahwa
manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat
melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada ikatan saling ketergantungan
diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa
kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu
bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam
hidup bermasyarakat.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa
pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan
manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi kebutuhan
biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi social diantara
manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal
ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka
manusia tidak dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok
individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada
awalnya dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat
bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial. Pembentukan
perialku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat
internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal
situasi sosial memegang pernana yang cukup penting. Situasi sosial
diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling
hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain.
Maka dari itu dari makalah ini kami akan sedikit menjelaskan apa
yang dimaksud dengan paradikma perilaku sosial itu sendiri .
II.
RUMUSAN MASALAH
a.
Apa yang
dimaksud dengan paradikma perilaku sosial ?
b.
Teori-teori apa
yang berhubungan dengan paradikma perilaku sosial ?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian paradikma perilaku sosial
Menurut
Skinner, obyek studi paradigma perilaku sosial yang konkrit-realistis itu
adalah perilaku atau tingkah laku manusia yang nampak serta kemungkinan
perulangan atau ganjaran (behaviour of man and contingencies of reinforcement).
Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu
yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan
akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan
terhadap tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku
dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.
Lingkungan itu
terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Singkatnya, paradigma
ini memusatkan perhatian kepada tingkahlaku individu yang berlangsung dalam
lingkungan yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku
berikutnya.
ini juga sesuai
dengan sosiologi perilaku yang memusatkan perhatian pada hubungan antara
pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan
terhadap perilaku aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk pengondisian operan
(operant conditioning) atau proses belajar yang melaluinya “perilaku di ubah
oleh konsekuensinya”. Orang mungkin mengira perilaku ini berawal di masa
anak-anak, sebagai perilaku acak.
Lingkungan tempat munculnya perilaku, entah itu berupa sosial atau
fisik, dipengaruhi oleh perilaku dan selanjutnya “bertindak” kembali dalam
berbagai cara. Reaksi ini, bisa positif, negatif, atau netral, mempengaruhi
perilaku aktor berikutnya. Bila reaksi telah menguntungkan aktor, perilaku yang
sama mungkin akan di ulang di masa depan dalam situasi serupa begitu juga
dengan reaksi yang sebaliknya.
Di mana dalam
pergaulan hidup manusia juga akan terdapat suatu kecenderungan yang kuat bahwa
kepuasan dan kekecewaan bersumber pada perilaku pihak lain, terhadap dirinya
sendiri. Timbulnya rasa persahabatan,
cinta, stimulasi intelektual, rasa harga diri dan seterusnya, merupakan akibat
dari perilaku pihak lain terhadap diri sendiri. Perilaku dari pihak lain tadi
juga timbul, oleh karena dorongan dari perilaku diri sendiri.
B. Teori teori dalam paradikma perilaku sosial
Didalam
paradikma terdapat dua teori untuk memperjelas terhadap paradikma perilaku
sosial itu sendiri :
1. Teori Behavioral Sociology
Teori ini memusatkan perhatiannya kepada
hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
dengan tingkah laku aktor. Akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variabel
independen. Ini berarti teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang
terjadi melalui akibat-akibat yang meengikutinya. Konsepdasarteoriini yang menjadipemahamannyaadalah“reinforcement”
yang dapatdiartikansebagaiganjaran (reward).Takadasesuatu yang
melekatdalamobjek yang dapatmenimbulkanganjaran.Sesuatuganjaran yang
takmembawapengaruhterhadapaktortidakakandiulang.
Contohnyatentangmakanansebagaiganjaran yang
umumdalammasyarakat.Tetapibilasedangtidaklaparmakamakantidakakandiulang.
Bilasiaktortelahkehabisanmakanan,
makaiaakanlapardanmakananakanberfungsisebagaipemaksa. sebaliknya
bila ia barusaja makan, tingkat kerugiannya menurun sehingga makanan tidak
lagi menjadi pemaksa yang efektif
terhadap pemaksaan tingkahlaku. [1]
2. Teori Exchange
Dari teori ini tokoh
utamanya adalah George Human. Teori ini di bangun dengan maksud sebagai reaksi
terhadap paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide durkheim secara
langsung dari tiga jurusan. Yaitu Pandangan tentang emergence, Pandangan
tentang psikologi, Metode penjelasan dari durkheim.
a. Pandangan tentang emergence
Homan mengakui bahwa
selama berlangsung proses interaksi, timbul suatu fenomena baru. Oleh penganut
paradigma prilaku sosial sebagian dari konsep ini dapat diterima. Menurut homan
tidak perlu adanya penjelasan tentang fenomena yang timbul dari interaksi
tersebut.[2]
b. Pandangan tentang psikologi
Sewaktu durkheim
menyusun teorinya di akhir adab 19 ketika itu ia berhadapan dengan
konsep-konsep psikologi yang masih sangat primitif dan jauh kurang canggih
dengn konsep psikologi dewasa ini. Psikologi waktu itu pusat perhatiannya
tertuju pada prilaku manusia yag instingitif dan sifat manusia adalah sama
secara universal. saat durkheim dulu sosiologi memang brada pada fase melepas
dari pengaruh psikologi.[3]
c. Metode penjelasan
Menurut durkheim objek
studi sosiologi adalah barang sesuatu dan sesuatu yang dianggap sebagai barang
sessuatu. Barang sesuatu itu dapat di terangkan bila bapat di kemukakan
faktor-faktor penyebabnya. Lebih khususnya suatu fakta sosial dapat di
terangkan bila dapat di temukan fakta sosial lain yang menjadi penyebabnya.
Homan mengakuai bahwa fakta sosial-fakta sosial tertentu selalu menjadi
penyebab dari fakta sosial yang lain. Tetapi penemuan tersebut belum merupakan
penjelasan, menurut homan perlu di jelaskan adalah hubungan antara penyebab dan
akibat dari hubungan itu selalu di terangkan oleh proposisi psikologi. Memang
perlu di terangkan knpa suatu fakta sosialmenjadi penyebab dari fakta sosial
yang lain . keterangannya dengan tidak dapat di hidarkan mestilah bersifat
psikologi. Artinya harus di terangkan melalui pendekatan prilaku (behavoral).
Menurut Homan, variabel-variabel psikologi selalu menjadi variabel perantara
(intervening variables) diantara dua
fakta sosial. Homan mengakui bahwa fakta sosial berperan penting terhadap
perubahan tingkahlaku yang bersifat psikologi yang menentukan bagi munculnya
fakta sosial baru yang berikutnya. Tetapi yang menjadi faktor utama adalah
variabel yang bersifat psikologi.[4]
Keseluruhan materi teori exchange itu secara garis
besar dapat di kembalikan kepad lima proposisi george homan berikut:
1. Jika tingkahlaku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan
situasi tertentu memperoleh ganjaran,
maka besar kemungkinan tingkahlaku atau kejadian yang mempunyai hubungan
stimulus dan situasi yang sama akan terjadi atau dilakukan proposisi ini
menyangkut hubungan antara apa yang terjadi pada waktu silam dengan yang
terjadi pada waktu sekarang.
2. Menyangkut frekuensi ganjaran yang di terima atas tanggapan atau
tingkahlaku tertentu dan kemungkinan terjadi peristiwa yang sama pada waktu
sekarang. Makin sering dalam peristiwa tertentu tingkahlaku seseorang
memberikan ganjaran kepada tingkahlaku orang lain, makin sering pula orang lain
mengulang tingkahlakunya itu. Ini juga berlaku terhadap perilaku yang tiddak
melibatkan orang lain, yang oleh paradigma fakta sosial tidak dianggap sebagai
objek studi sosiologi seperti tingkahlaku yang berhubungan dengan objek
material.
3. Memberi arti atau nilai kepada tingkahlaku yang di arahkan oleh orang lain
terhadap aktor. Makin bernilai bagi seseorang sesuatu tingkahlaku orang yang
ditujukan kepadanya makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan
mengulangi tingkahlakunya itu. Dalam proposisi yang ketiga inilah homan
meletakkan tekanan dari exchange teorinya.
4. Makinsering orang menerima ganjaran atas tindakannya dari orang lain, makin
berkurang nilai dari setiap tindakan yang dilakukan berikutnya. Ide proposisi
ini berasal dari hukum gossen dalm ilmu ekonomi.
5. Makin dirugikan seseorang dalam hubunganya dengan orang lain, makin besar kemungkinan
orang tersebut akan mengembangkan emosi. Misalnya marah. Proposisi ini
berhubungan dengan konsep keadilan relatif (relative justice) dalam prosedur
tukar menukar.[5]
C .metodepada perilaku
sosial
Paradigma prilaku sosial dapat menggunakan metode yang di pergunakan oleh
paradigma yang lain seperti kuesioner, interviu dan observasi, namun demikian
paradigma ini lebih banyak mempergunakan metode eksperiman dalam penelitiannya.
Secara tradisional paradigma ini menyukai eksperimen di laboratorium. Wlaupun
dewasa ini eksperimen dilakukan juga di lapangan. keutaman metode eksperimen
ini adalah memberikan kemungkinan terhadap peneliti untuk mengontrol dengan
ketat objek dan kondisi di sekitarnya. Metode ini memungkinkan pula untuk
menggunakan penilaian atau pengukuran dengan tingkat ketepatan yang tinggi
terhadap efek dari perubahan-perubahan tingkahlaku aktor yang timbul dengan sengaja
didalam eksperimen itu. Walaupun eksperimen merupakan suatu metode penelitian
langsung yang agak baik terhadap tingkahlaku aktor, namun peneliti masih
dituntut untuk mengamati perilaku lanjut aktor yang sedang diteliti.[6]
IV.
KESIMPULAN
Menurut
Skinner, obyek studi paradigma perilaku sosial yang konkrit-realistis itu
adalah perilaku atau tingkah laku manusia yang nampak serta kemungkinan
perulangan atau ganjaran (behaviour of man and contingencies of reinforcement).
Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu
yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan
akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan
terhadap tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku
dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor. Dan ada 2 teori yang di
gunakan oleh george homan yaitu : Teori Behavioral Sociology dan teori exchange
V.
PENUTUP
Terimakasih kepada seluruh pihak yang membantu penyelesaian makalah
ini, sedikit yang kami uraikan, lebih lengkapnya akan di bahas pada presentasi
berikutnya . wasslamualiakum wr.wb.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
George ritzer,
sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda, 2002, penerjemah : Alimanda, ed
1 cet 2, jakarta, PT RajaGrafindo persada
http//.Wiki
pedia.co.id
Comments
Post a Comment